Minggu, 21 Maret 2010

Kenari Kurangi Resiko Kanker Payudara

Memakan kenari diduga memberi tubuh asam lemak esensial omega-3, anti-oksidan, dan phytosterol, zat yang mengurangi resiko kanker payudara, demikian hasil satu studi yang disajikan pada Pertemuan Tahunan Ke-100 2009 Asosiasi untuk Riset Kanker Amerika.

Phytosterol (yang juga disebut plant sterol) merupakan sekelompok alkohol steroid, phytochemical alamiah yang terdapat pada tanaman.

Phytosterol berbentuk bubuk putih dengan aroma khas yang tak menyengat tidak larut di dalam air dan larut di dalam alkohol. Zat tersebut memiliki banyak manfaat, misalnya sebagai bahan tambahan makanan guna menurunkan kadar kolesterol, serta pada obat dan kosmetika.

Elaine Hardman, pembantu profesor di bidang obat di "Marshall University School of Medicine", mengatakan, meskipun studinya dilakukan pada hewan laboratorium dan bukan manusia, orang mesti memperhatikan saran agar makan lebih banyak kenari.

"Kenari lebih baik daripada kue, buah segar, atau keripik kentang ketika anda memerlukan kudapan," kata Hardman.

Hardman dan rekannya mengkaji tikus yang diberi makan makanan yang mereka perkirakan sama dengan porsi manusia, dua ons kenari per hari. Satu kelompok terpisah tikus diberi makanan yang dipantau.

Pemeriksaan standar memperlihatkan konsumsi kenari secara mencolok menurunkan peristiwa tumor payudara, jumlah kelenjar tumor dan ukuran tumor.

"Tikus laboratorium ini secara khusus memiliki 100% peristiwa tumor dalam lima bulan; konsumsi kenari menghambat perkembangan tumor itu sampai setidaknya tiga pekan," kata Hardman.

Analisis molekuler memperlihatkan, peningkatan konsumsi asam lemak omega-3 memberi sumbangan pada penurunan peristiwa tumor, tapi beberapa bagian lain kenari juga memberi sumbangan.

"Dengan campur-tangan makanan, anda menyaksikan banyak mekanisme ketika berurusan dengan seluruh makanan," kata Hardman. "Jelas bahwa kenari memberi sumbangan bagi makanan sehat sehingga dapat mengurangi kanker payudara.

Kurang Gizi Turunkan IQ Hingga 15 Poin

Kekurangan gizi anak pada masa kehamilan ibu dan usia dini anak selain menyebabkan keterlambatan dalam pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik, juga akan mengganggu perkembangan kognitif yang menyebabkan berkurangnya IQ (intelligence quotient) hingga 15 poin.

Menurut Pakar Gizi Prof dr Fasli Jalal PhD, hal itu berarti Indonesia berpotensi kehilangan poin IQ mencapai 17-22 juta poin akibat adanya 1,7 juta anak balita menderita gizi buruk pada 2005.

"Iodium adalah zat gizi mikro yang paling penting dalam mencegah gangguan otak yang dapat menimbulkan menurunnya kemampuan intelektual, melambatnya psikomotor dan menyebabkan keterbelakangan mental," katanya.

Fasli menyebutkan dalam makalahnya, kebutuhan gizi dibagi atas dua bagian yaitu kebutuhan zat-zat gizi makro seperti energi, protein dan lemak dan kebutuhan zat gizi mikro yakni vitamin dan mineral.

Zat gizi makro berfungsi pada proses metabolisme otak dan peningkatan efisiensi proses rangsangan otak, sehingga kekurangan gizi makro menyebabkan terganggunya asupan makanan ke otak dan terganggunya proses metabolisme otak, ujarnya.

Kekurangan asupan protein-energi pada ibu hamil muda di bawah 24 minggu akan menyebabkan jumlah sel-sel otak anaknya berkurang dan kekurangan asupan ini pada akhir kehamilan menyebabkan ukuran sel syaraf anaknya menjadi kecil.

"Kekurangan asupan protein-energi yang berat pada ibu hamil dapat menurunkan berat otak anak sampai 25%," katanya mengutip pakar gizi lainnya.

Energi, ujarnya sangat dibutuhkan otak. Selain untuk membantu proses pertumbuhan dan perkembangan otak, energi diperlukan untuk metabolisme sel-sel syaraf. Demikian juga lemak yang sangat dibutuhkan dalam perkembangan otak di mana lebih dari 60% berat otak adalah lemak.

Sedangkan zat gizi mikro seperti iodium, asam folat, zat besi, seng, tembaga, vitamin, dan cholin, diperlukan dalam pertumbuhan otak.

Asam folat berfungsi untuk pembentukan tabung syaraf, zat besi untuk pembentukan mielin, monoamin dan mendukung metabolisme energi di sel syaraf dan sel glia, seng diperlukan untuk pembentukan DNA, tembaga untuk metabolisme energi sel syaraf dan sel glia, dan cholin untuk membentuk neurotransmitter, metilasi DNA dan pembentukan mielin, urainya.

Sedangkan Vitamin D berperan pada kemampuan daya ingat, kontrol motorik dan keseimbangan emosi, vitamin A untuk pembentukan struktur sel syaraf, vitamin E berfungsi dalam proteksi dari membran sel-sel syaraf, vitamin B6 dan B12 untuk pembentukan neurotransmitter, vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan vitamin B1 memproduksi energi.

Sel Punca Jadi Alternatif Terapi HIV/AIDS

Pengobatan dengan menggunakan metoda Sel Punca atau Stem Cell dapat menjadi alternatif pengembangan terapi untuk penderita atau pengidap HIV/AIDS di masa yang akan datang sehingga harapan hidup dapat bertambah.

Hal tersebut disampaikan oleh dr. Suharto SpKO dalam diskusi media tentang pengobatan Sel Punca untuk menanggulangi HIV/AIDS.

Menurut dokter yang telah melakukan beberapa kali pengobatan sel Punca untuk sejumlah penyakit tersebut, HIV/AIDS menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap gangguan virus atau penyakit.

"Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami degradasi akan tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur pulih. Namun satu hal yang harus diingat adalah keberadaan virus HIV tetap akan ada," katanya.

Oleh karena itu, Suharto mengatakan usai menjalani pengobatan sel punca, maka pengidap HIV akan diperiksa ulang dalam jangka waktu tertentu untuk memastikan kekebalan tubuhnya kembali meningkat. Setelah itu juga dilakukan pemantauan sejauh mana kekebalan tubuh itu akan bertahan.

"Saat akan melakukan pengobatan sel punca, pengidap HIV harus meminimalisasikan kandungan obat anti retroviral (ARV), karena bila kandungannya masih tinggi akan menyebabkan sel pengganti gagal berkembang," ungkapnya.

Ia menceritakan dalam sebuah penelitian yang didanai oleh WHO terkait pengobatan sel punca bagi pengidap HIV/AIDS di kawasan Afrika baru-baru ini, ditemukan sebuah hasil yang cukup membuat harapan pengobatan model tersebut bisa membantu pengidap HIV/AIDS.

"Dalam penelitian itu dipilih lima pengidap HIV/AIDS yang sudah mencapai tahap terminal (akut-red), setelah dilakukan pengobatan sel punca kelima pengidap itu dapat kembali hidup normal, namun tetap dengan virus HIV," paparnya.

Percobaan dilakukan kepada lima pasien HIV menunjukkan peningkatan dalam kondisi pasien, di mana sel-sel punca dapat tumbuh dan menghasilkan sel darah putih baru untuk melawan HIV.

Walaupun masih perlu diuji coba lebih lanjut, para ilmuwan berharap nanti akan ditemukan satu metode transplantasi sel yang dapat melindungi kehidupan orang dengan HIV/AIDS.

Sel punca diambil dari tubuh pasien dan disuntikkan kembali agar dapat mengganti atau memulihkan sel jantung, hati, ginjal atau pankreas yang rusak agar menjadi lebih baik. Sel tersebut dapat mengubah dirinya menjadi bentuk sel matang.

Pengambilan sel punca dapat dilakukan dari tubuh pasien sendiri (auto transplan), dari manusia lain (alo transplan) dan dari mamalia lain (Xenotransplan) untuk kemudian diperbanyak dan disuntikkan ke tubuh manusia.

Sel punca adalah jenis sel manusia atau mamalia yang masih memiliki kemampuan untuk membelah diri yang berguna untuk memelihara fungsi jaringan di tubuh seperti otot jantung, jaringan hati, sel ginjal bahkan sel-sel otak.

dr.Suharto mengatakan saat ini di seluruh dunia, 97% pengobatan sel punca menggunakan metode Xenotransplan.

"Sel punca ini bukan obat dewa, ia hanya menyembuhkan penyakit yang berkaitan dengan masalah pembaruan sel. Kelemahan lainnya adalah untuk saat ini metode sel punca biayanya masih tergolong mahal," ungkapnya.

Saat ini di Indonesia melalui beberapa rumah sakit sudah bisa dilakukan pengobatan sel punca. Namun rata-rata harganya masih mahal dan menggunakan kurs mata uang asing untuk pembayarannya.

Kanker Leher Rahim Pembunuh Perempuan Nomor Satu

Penyakit kanker serviks (leher rahim) merupakan pembunuh perempuan nomor satu di Indonesia dengan jumlah kasus baru sebanyak 40 hingga 45 orang per hari dan kematian 20 hingga 25 nyawa manusia.

"Berdasarkan data yang kami peroleh dari berbagai sumber bahwa setiap dua menit seorang perempuan di dunia meninggal akibat kanker serviks," kata dr Erik Kasmara SpOG.

Menurut dia, kanker serviks di Indonesia termasuk kanker terbanyak mencapai 34,4% menyerang wanita.

Sedangkan kanker tersebut hampir 70% datang dalam keadaan stadium lanjut dengan laju ketahanan hidup yang rendah.

Dia menyebutkan bahwa di Jakarta dan sekitarnya, seorang perempuan meninggal sebanyak satu hingga dua orang setiap hari karena mengidap kanker serviks.

Kanker serviks di Indonesia mencapai sebanyak 15.000 kasus baru dengan 8.000 kematian, kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan (UPH), Karawaci, Tangerang itu.

Walau begitu, dampak terhadap penderita kanker serviks yakni pada puncak usia reproduktif 30 hingga 50 tahun dan adanya gangguan terhadap kualitas hidup terutama menyangkut psikis, fisik, dan kesehatan seksual.

Demikian pula dampaknya bagi penderita kanker itu terhadap ekonomi keluarga dan sosial serta berpengaruh pada perawatan tubuh, pendidikan anak dan suasana kehidupan keluarga.

Menurut mantan dokter jaga di RSU Tangerang, Banten itu bahwa upaya pencegahan bagi penderita kanker serviks berupa primer dengan cara promosi, edukasi dan vaksinasi, serta pencegahan sekunder berupa screening atau deteksi dini.

Bahkan pencegahan lain yakni tersier dengan cara pap smear (pemeriksaan vagina) menggunakan peralatan di berbagai rumah sakit di Jakarta dan sekitarnya.

Dia menambahkan perempuan usia di atas 30 tahun sebaiknya melakukan pemeriksaan minim.

Dampak Orang Tua Perokok pada Anak

Sekali lagi, sebuah studi memperlihatkan bahwa merokok tidak hanya berbahaya bagi diri sendiri namun juga bagi lingkungan sekitar mereka. Laporan dari Dr Paolo Vineis seperti yang dilansir oleh The British Medical Journal menyatakan anak-anak memiliki resiko paling besar dari para orangtua perokok.

Dampak perokok pada non perokok (perokok pasif) sudah lama diketahui. Namun bahaya mengenai orangtua perokok pada kesehatan anak-anak baru kini mengemuka. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr Paolo Vineis disejumlah negara Eropa diketahui bahwa anak-anak mengalami dampak paling tinggi.

Yaitu sekitar tiga kali lipat terkena kanker paru-paru dan masalah yang berhubungan dengan pernafasan lainya dari orangtua yang perokok. Dr Paolo menyebut hasil penelitiannya kali ini sangat berbeda dengan penelitian dampak rokok pada kesehatan manusia.

Dr. Paolo Vineis merupakan seorang profesor dari Imperial College London (Inggris). Selama hampir tujuh tahun, Dr Paolo melakukan penelitian atas 123.000 orang dari 10 negara Eropa yang diketahui menjadi perokok pasif. Dalam kurun itu, 97 orang kemudian diketahui terkena kanker paru-paru, 20 terkena masalah dengan pernafasan dan 14 meninggal.

Resiko anak-anak terkena kanker paru-paru mengalami kenaikan sampai 3.6 kali dari orangtua perokok karena anak-anak ini telah menjadi seorang perokok pasif. Secara keseluruhan penelitian juga menunjukan resiko terkena penyakit yang berhubungan dengan paru-paru akan mencapai 30% bagi anak-anak perokok pasif ini.

Angka itu akan lebih tinggi dibandingkan dengan resiko para perokok yang sudah pensiun dari merokok. Di AS ditengarai 1900 hingga 2700 kasus kematian pada jabang bayi disebut-sebut karena mereka merupakan perokok pasif. Tidak heran Dr Paolo pun menyarankan agar sejumlah negara mulai memperkenalkan hukum untuk melindungi para perokok pasif ini.

Merokok dirumah memang tidak dilarang namun Dr Paolo menyarankan orang tua seharusnya tidak merokok di rumah saat anak-anak mereka berada disekitarnya. Dr. Norman Edelman memberikan saran lain bahwa seandainya harus merokok disarankan untuk tidak merokok diruangan tertutup.

Ilmuwan Inggris Temukan Jel untuk Cegah Penularan AIDS

Perang terhadap Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), terus mengalami kemajuan. Sejumlah ilmuwan yang dipimpin Profesor Robin Offord dan Olivier Hartley dari Universitas Jenewa, Swiss, baru-baru ini, berhasil mengembangkan sejenis molekul yang diyakini dapat melindungi manusia dari virus HIV/AIDS.

Sebuah protein yang disempurnakan dari protein sistem kekebalan tubuh manusia itu terbukti dapat melindungi monyet betina dari virus HIV. Rencananya, formula itu dikembangkan dalam bentuk jel yang dapat digunakan manusia untuk mencegah penularan HIV secara seksual. Dalam uji laboratorium, senyawa itu mampu melindungi sel dari serangan virus HIV selama satu hari penuh.

Artinya, secara teori, orang yang menggunakan jel kimia itu terlindungi dari serangan HIV/AIDS setidaknya 24 jam sebelum berhubungan seks. Maksimal pada tahun depan, efek samping jel tersebut terhadap manusia sudah dapat diketahui. Kemudian, obat pencegah itu diuji tingkat kemanjurannya dalam menghalangi infeksi HIV/AIDS pada kelompok yang berisiko tinggi.

Selanjutnya, Offord dan rekan-rekannya akan mengembangkan cara yang lebih murah dan mudah untuk membuat molekul tersebut. Seperti diketahui, HIV dapat memproduksi sel sendiri dalam aliran darah manusia, yaitu pada sel-sel darah putih (leukosit). Sel-sel darah putih yang biasanya melawan bila diserang virus, tidak akan melawan HIV.

Hal ini bisa terjadi karena HIV merupakan sejenis retrovirus atau virus yang dapat berkembang biak dalam darah manusia. Belakangan, virus tersebut menyerang salah satu jenis dari sel-sel darah putih, termasuk limfosit, yang disebut "T-4" atau T-penolong (helper) yang juga dikenal dengan sel CD-4. Untuk dapat menginfeksi CD-4, HIV membutuhkan reseptor--satu atau sekelompok sel saraf dan sel lainnya yang berfungsi mengenali rangsangan tertentu yang berasal dari luar atau dalam tubuh--yang disebut CCR5.

Menurut penelitian Offord dan timnya, orang yang mempunyai banyak sel CD-4 dengan sedikit CCR5 hampir dipastikan aman dari infeksi HIV. Sel itu berperan sebagai kurir sistem kekebalan kimia yang disebut regulated on activation normal T expressed and secreted (RANTES). Nah, RANTES inilah yang sedang dikembangkan oleh tim pimpinan Offord untuk mencegah infeksi HIV.



Jumat, 19 Maret 2010

Perubahan Iklim Jadi Masalah Kesehatan Masyarakat

Perubahan iklim mesti diperlakukan sebagai masalah kesehatan masyarakat, terutama oleh Amerika Serika, pembuang terbesar jangka-panjang gas rumah kaca di dunia, kata ahli ekologi dan kesehatan Selasa.

Bumi yang berubah akibat perubahan iklim dapat mengarah kepada timbulnya lebih banyak penyakit yang berhubungan dengan cuaca, terutama yang ditularkan oleh serangga dan yang menular melalui pasokan air, kata para ahli itu pada pertemuan Perhimpunan Kesehatan Masyarakat Amerika.

Amerika Serikat dan negara kaya lain memikul tanggung jawab khusus karena buangan gas mereka yang memanaskan iklim akan menimbulkan dampak yang tak layak di negara miskin yang buangan gasnya lebih sedikit dan memiliki sumber daya paling sedikit guna menanggulangi masalah kesehatan masyarakat, kata Jonathan Patz dari University of Winconsin.

“Ada … suatu masalah kerentanan yang tak seimbang,” kata Patz pada suatu taklimat. “Tetapi … di dunia industri, karena kita di dalam ekonomi global, suatu peningkatan penyakit di tempat lain di dunia sebenarnya membahayakan semua orang,” katanya.

Ancaman kesehatan yang berhubungan dengan perubahan iklim meliputi gelombang panas yang luar biasa dan kemarau, yang dapat mempengaruhi pasokan air dan makanan; badai yang lebih kuat; dan lebih banyak ozon tingkat-daratan, yang juga dikenal sebagai kabut, yang sensitif terhadap temperatur dan dapat mempengaruhi banyak orang karena menimbulkan gangguan pernafasan seperti asma.

“Perubahan iklim adalah salah satu ancaman kesehatan masyarakat paling serius yang dihadapi negara kita,” kata Dr. George Benjamin, Direktur Pelaksana perhimpunan itu. “Tetapi, tak banyak orang Amerika menyadari konsekuensi yang sangat nyata ini akibat perubahan iklim pada kesehatan masyarakat kita, keluarga kita dan anak-anak kita.”

Amerika Serikat telah lama menjadi pembuat utama gas rumah kaca, yang memanaskan iklim, terutama karbon dioksida dari pembangkit listrik tenaga batu-bara dan kendaraan berbahan bakar bensin.

Setidaknya satu studi tahun ini mendapati China mulai mengalahkan Amerika Serikat dalam hal ini, tapi pada waktunya, Amerika Serikat tetap mengeluarkan lebih banyak gas buangan.

“Secara keseluruhan, kita masih menjadi negara nomor satu yang bertanggung jawab atas perubahan iklim,” katanya. Ia menyatakan karbon dioksida tetap berada di lingkungannya selama sekitar 70 tahun.

Patz dan Benjamin menegaskan bahwa bertambahnya kesadaran mengenai perubahan iklim dapat dipandang sebagai peluang untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Untuk itu, Benjamin mengumumkan rencana enam-bulan guna mengembangkan saran untuk membantu tenaga kesehatan masyarakat menanganani situasi tersebut.

Tenaga kesehatan masyarakat meliputi dokter, perawat, pengacara dan pengajar kesehatan. Saran itu direncanakan disiarkan pada April, kata Benjamin.

Sanitasi

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia.

Bahaya ini mungkin bisa terjadi secara fisik, mikrobiologi dan agen-agen kimia atau biologis dari penyakit terkait. Bahan buangan yang dapat menyebabkan masalah kesehatan terdiri dari tinja manusia atau binatang, sisa bahan buangan padat, air bahan buangan domestik (cucian, air seni, bahan buangan mandi atau cucian), bahan buangan industri dan bahan buangan pertanian. Cara pencegahan bersih dapat dilakukan dengan menggunakan solusi teknis (contohnya perawatan cucian dan sisa cairan buangan), teknologi sederhana (contohnya kakus, tangki septik), atau praktek kebersihan pribadi (contohnya membasuh tangan dengan sabun).




Sanitasi dan air

Terdapat hubungan yang erat antara masalah sanitasi dan penyediaan air, dimana sanitasi berhubungan langsung dengan [4]:

  1. Kesehatan. Semua penyakit yang berhubungan dengan air sebenarnya berkaitan dengan pengumpulan dan pembuangan limbah manusia yang tidak benar. Memperbaiki yang satu tanpa memperhatikan yang lainnya sangatlah tidak efektif.[4]
  2. Penggunaan air. Toilet siram desain lama membutuhkan 19 liter air dan bisa memakan hingga 40% dari penggunaan air untuk kebutuhan rumah tangga. Dengan jumlah penggunaan 190 liter air per kepala per hari, mengganti toilet ini dengan unit baru yang menggunakan hanya 0,7 liter per siraman bisa menghemat 25% dari penggunaan air untuk rumah tangga tanpa mengorbankan kenyamanan dan kesehatan. Sebaliknya, memasang unit penyiraman yang memakai 19 liter air di sebuah rumah tanpa WC bisa meningkatkan pemakaian air hingga 70%. Jelas, hal ini tidak diharapkan di daerah yang penyediaan airnya tidak mencukupi, dan hal tersebut juga bisa menambah jumlah limbah yang akhirnya harus dibuang dengan benar.[4]
  3. Biaya dan pemulihan biaya.[4]
a. Biaya pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah meningkat dengan cepat begitu konsumsi meningkat. Merencanakan hanya satu sisi penyediaan air tanpa memperhitungkan biaya sanitasi akan menyebabkan kota berhadapan dengan masalah lingkungan dan biaya tinggi yang tak terantisipasi. Pada tahun 1980, Bank Dunia melaporkan bahwa dengan menggunakan praktek-praktek konvesional, untuk membuang air dibutuhkan biaya lima sampai enam kali sebanyak biaya penyediaan. Ini adalah untuk konsumsi sekitar 150 hingga 190 liter air per kepala per hari. Informasi lebih baru dari Indonesia, Jepang, Malaysia dan A. S. menunjukkan bahwa rasio meningkat tajam dengan meningkatnya konsumsi; dari 1,3 berbanding 1 untuk 19 liter per kepala per hari menjadi 7 berbanding 1 untuk konsumsi 190 liter dan 18 berbanding 1 untuk konsumsi 760 liter.[4]
b. Penggunaan ulang air. Jika sumber daya air tidak mencukupi, air limbah merupakan sumber penyediaan yang menarik, dan akan dipakai baik resmi disetujui atau tidak. Karena itu peningkatan penyediaan air cenderung mengakibatkan peningkataan penggunaan air limbah, diolah atau tidak dengan memperhatikan sumber-sumber daya tersebut supaya penggunaan ulang ini tidak merusak kesehatan masyarakat.




Tekanan Darah Yang Lebih Bervariasi = Risiko Stroke

Saat mengerjakan laporan wabah H1N1 tadi, mata saya begitu mengantuk. Untuk menghilangkannya, saya membaca Physician First Watch yang baru saja masuk ke inbox saya dan melansir penelitian yang dimuat dalam edisi baru Lancet Neurology. Peta pikirannya bisa segera saya tangkap dan saya buat secara kilat. Intinya, pertama, tekanan darah yang lebih bervariasi lebih berisiko mengalami stroke pada pasien hipertensi (demikian pula dengan risiko Transient Ischemic Attack). Kedua, terdapat golongan obat tertentu yang lebih baik dalam mengurangi variabilitas tekanan darah (Ca antagonis dan diuretik). Seperti yang dikatakan berbagai komentar mengenainya, temuan ini “compelling”, akan sangat bermanfaat, dan bisa menjadi fondasi penting yang membawa perubahan pada praktek sehari-hari. Wuaah, alhamdulillah, akhirnya ngantuk saya hilang juga:-). Here is the map. Click to view a larger picture:




Bayi kuning

Bayi kuning, adakalanya alamiah, adakalanya karena penyakit

Ikterus: (jaundice) adalah warna kekuningan pada kulit dan selaput mata.
Neonatorum: adalah bayi baru lahir.

Kata kunci: ikterus, icterus, kulit kuning, neonatus, neonatal jaundice, bilirubin, hiperbilirubinemia, jaundice.

Pembaca mungkin pernah mendengar atau bahkan melihat sendiri seorang bayi baru lahir berwarna kuning di sekujur kulit dan selaput matanya. Warna kuning dapat terlihat beberapa jam hingga beberapa hari setelah lahir. Kemunculannya tak jarang mengundang tanya, mengapa kulit si bayi berwarna kekuningan sementara bayi yang lain tidak? Apa penyebabnya ? Adakah yang salah ? Dan mungkin berbagai pertanyaan mengiringi kemunculan warna kuning pada kulit bayi baru lahir.

:: :: :: PENGERTIAN :: :: ::
Ikterus neonatorum (bayi baru lahir berwarna kuning) adalah kondisi munculnya warna kuning di kulit dan selaput mata pada bayi baru lahir karena adanya bilirubin (pigmen empedu) pada kulit dan selaput mata sebagai akibat peningkatan kadar bilirubin dalam darah (hiperbilirubinemia).

:: :: :: ANGKA KEJADIAN :: :: ::
Warna kekuningan pada bayi baru lahir adakalanya merupakan kejadian alamiah (fisologis), adakalanya menggambarkan suatu penyakit (patologis).
Bayi berwarna kekuningan yang alamiah (fisiologis) atau bukan karena penyakit tertentu dapat terjadi pada 25% hingga 50% bayi baru lahir cukup bulan (masa kehamilan yang cukup), dan persentasenya lebih tinggi pada bayi prematur.

Disebut alamiah (fisiologis) jika warna kekuningan muncul pada hari kedua atau keempat setelah kelahiran, dan berangsur menghilang (paling lama) setelah 10 hingga 14 hari.Ini terjadi karena fungsi hati belum sempurna (matang) dalam memproses sel darah merah.
Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah tidak melebihi batas yang membahayakan (ditetapkan).

:: :: :: PARAMATER :: :: ::
Ada beberapa batasan warna kekuningan pada bayi baru lahir untuk menilai proses alamiah (fisiologis), maupun warna kekuningan yang berhubungan dengan penyakit (patologis), agar kita lebih mudah mengenalinya.

Secara garis besar, batasan kekuningan bayi baru kahir karena proses alamiah (fisiologis) adalah sebagai berikut:
  • Warna kekuningan nampak pada hari kedua sampai hari keempat.
  • Secara kasat mata, bayi nampak sehat
  • Warna kuning berangsur hilang setelah 10-14 hari.
  • Kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah kurang dari 12 mg%.

Adapun warna kekuningan pada bayi baru lahir yang menggambarkan suatu penyakit (patologis), antara lain:
  • Warna kekuningan nampak pada bayi sebelum umur 36 jam.
  • Warna kekuningan cepat menyebar kesekujur tubuh bayi.
  • Warna kekuningan lebih lama menghilang, biasanya lebih dari 2 minggu.
  • Adakalanya disertai dengan kulit memucat (anemia).
  • Kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah lebih dari 12 mg% pada bayi cukup bulan dan lebih dari 10 mg% pada bayi prematur.

Jika ada tanda-tanda seperti di atas (patologis), bayi kurang aktif, misalnya kurang menyusu, maka sebaiknya segera periksa ke dokter terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan perawatan.

Disamping itu, beberapa kondisi yang dapat beresiko terhadap bayi, antara lain:
  • Infeksi yang berat.
  • Kekurangan enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase(G 6 PD).
  • Ketidaksesuaian golongan darah antara ibu dan janin
  • Beberapa penyakit karena genetik (penyakit bawaan atau keturunan).

:: :: :: BAGAIMANA TERJADINYA ? :: :: ::
Tentu kita bertanya-tanya, bagaimana warna kekuningan dapat terjadi, baik pada proses alamiah (fisiologis) maupun warna kekuningan yang berhubungan dengan penyakit?
Pada dasarnya warna kekuningan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena beberapa hal, antara lain:
  • Proses pemecahan sel darah merah (eritrosit) yang berlebihan.
  • Gangguan proses transportasi pigmen empedu (bilirubin).
  • Gangguan proses penggabungan (konjugasi) pigmen empedu (bilirubin) dengan protein.
  • Gangguan proses pengeluaran pigmen empedu (bilirubin) bersama air.

Gangguan pada proses di atas (dan proses lain yang lebih rumit) menyebabkan kadar pigmen empedu (bilirubin) dalam darah meningkat, akibatnya kulit bayi nampak kekuningan.

:: :: :: PENGOBATAN :: :: ::
Pada bayi baru lahir dengan warna kekuningan karena proses alami (fisiologis), tidak berbahaya dan tidak diperlukan pengobatan khusus, kondisi tersebut akan hilang dengan sendirinya.
Prinsip pengobatan warna kekuningan pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya.
Cara lain adalah upaya mencegah peningkatan kadar pigmen empedu (bilirubin) dalam darah. Hal ini dapat dilakukan dengan:
  • Meningkatkan kemampuan kinerja enzim yang terlibat dalam pengolahan pigmen empedu (bilirubin).
  • Mengupayakan perubahan pigmen empedu (bilirubin) tidak larut dalam air menjadi larut dalam air, agar memudahkan proses pengeluaran (ekskresi), dengan cara pengobatan sinar (foto terapi).
  • Membuang pigmen empedu (bilirubin) dengan cara transfusi tukar.

:: :: :: ANJURAN :: :: ::
Apapun jenisya, jika pembaca mendapati bayi kuning, sebaiknya konsultasi kepada dokter atau dokter spesialis anak.
Meski disebutkan bahwa bayi kuning sebagian besar diantaranya karena proses alami (fisiologis) dan tidak perlu pengobatan, seyogyanya para orang tua tetap waspada, mengingat bayi masih dalam proses tumbuh kembang. Karenanya, konsultasi kepada dokter atau dokter spesialis anak adalah langkah bijaksana.

Teknik kesehatan

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Ilmu kesehatan masyarakat

Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) menurut profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) dari adalah ilmu dan seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat mempunyai standar kehidupan yang adekuat untuk menjaga kesehatannya.